Beranda > anti terorisme, berita > Peristiwa mengejutkan pada sebuah acara Bedah Buku

Peristiwa mengejutkan pada sebuah acara Bedah Buku

Pada 21 Nov yang lalu, saya memposting sebuah tulisan yang memuat pengumuman tentang sebuah acara Bedah Buku. Sebenarnya waktu itu ingin ikut acaranya, namun karena berbagai kegiatan seharian dan acaranya juga di luar kota, akhirnya saya tidak jadi ikut. Setelah beberpa hari, ada kabar bahwa sesuatu peristiwa yang mengejutkan terjadi di acara tersebut.

Namun karena belum jelas beritanya dan menyangkut masalah keamanan nasional maka saya tidak memberitakannya. Baru saja, lewat pesan di facebook saya mendapat beritanya yang sumbernya dari sebuah blog, dan saya pikir perlu mempostingkannya karena kemarin-kemarin juga ada komentar yang menantang di tulisan saya yang lalu. Berikut ini tulisan beritanya:

BUKU JIHAD MELAWAN TEROR PUN “MELEDAK”!
Oleh: Abu Zaki (Tim Editor Rumah Penerbit Al-Manar)
http://abuzahrakusnanto.wordpress.com/

Bismillahirahmanirahiim
Kepada kaum Muslimin di manapun berada dan para Ahlussunnah khususnya yang semoga senantiasa dirahmati Allah Ta’ala.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, walau hanya sebuah buku kecil, buku pertama yang diterbitkan oleh Rumah Penerbit Al-Manar langsung “meledak!” Ledakkannya langsung menggema dan menarik hati umat Islam di Indonesia. Gaungnya terus menyebar dari kota hingga ke pelosok daerah.

Sejak dikenalkan pertama kali pada acara tabligh akbar dan pertemuan dengan masyaikh di JIC Jakarta Utara, telpon, email dan sms pun berdatangan menghampiri penerbit, tanggapannya bermacam-macam, dari yang protes karena kavernya memuat sebelah mata akhwat bercadar, atau protes karena dianggap mendiskreditkan para pelaku bom bunuh diri dan simpatisannya, atau justru ada yang meminta agar penerbit dapat memfasilitasi, agar sang penulis, Ustadz Zaenal Abidin bin Syamsudin Lc dapat membedah buku tersebut dalam acara tabligh akbar di masjid mereka.

Tercatat beberapa panitia pun segera memesan jadwal: Salatiga, Solo, Yogyakarta, Cilacap, Lampung, Pekanbaru, Ciputat, Cimanggis, JIC Jakarta Utara, Bekasi, menginginkan buku itu dibedah di daerah mereka. Walhasil, gayung pun bersambut, penulis pun menyanggupi untuk membedahnya.

Di Yayasan Dakwah Dar el-Dzikr, Sukoharjo, tercatat ribuan jemaah memenuhi tabligh akbar dan bedah buku Jihad Melawan Teror. Panitia yang tadinya memesan buku dalam jumlah terbatas akhirnya pun kewalahan, mereka kekurangan stok.

Selanjutnya, Masjid Amar Ma’ruf Bekasi juga dipilih sebagai tempat tabligh akbar. Ribuan jemaah memadati masjid. Mereka begitu antusias untuk mengikuti kajian. Jemaah masih terus berdatangan sehingga panitia khawatir tempat yang disediakan tak mampu menampung membludaknya peserta. Saat acara baru berjalan sekitar 10-15 menit, tiba-tiba di dalam masjid terjadi kegaduhan.

Tenyata, ditengah-tengan jemaah ada puluhan orang yang tidak berniat menuntut ilmu, namun memang berniat untuk mengacaukan acara, membuat onar. Terbukti, mereka sudah mempersiapkannya dengan matang, yaitu dengan melengkapi dirinya dengan berbagai jenis senjata dan berpencar di dalam masjid untuk memprovokasi jemaah. Insiden yang tidak sepantasnya pun terjadilah, masjid sebagai tempat ibadah dan menuntut ilmu yang seharusnya dimuliakan mereka hinakan.

Kata-kata yang tidak sepantasnya diucapkan oleh seorang penuntut ilmu pun berloncatan dari mulut-mulut para pengacau. Ustadz Zaenal Abidin dilaknat, beliau dimurtadkan, bahkan serangan fisik pun ditujukan kepada beliau. Jemaah gempar. Jemaah Akhwat di balik takbir histeris dan bertangisan. Mereka tak terima ustadz yang mereka muliakan dihinakan para pengacau.

Perlawanan spontan terjadi, aksi saling pukul tak bisa dihindarkan. Beberapa jemaah yang mencoba melindungi ustadz menjadi korban pemukulan. Jemaah yang tak bisa mengendalikan diri segera menyeret beberapa perusuh dan menghalau ke luar masjid, mereka tak mau mengotori masjid dengan darah kotor para penyerang. Akhirnya acara tabligh akbar dibubarkan panitia, mereka tak ingin hal lebih buruk terjadi.

Banyak jemaah yang mengatakan, “Kalau tak ingat akhlak penuntut ilmu, andaikan tak menyadari kemuliaan rumah Allah, andaikan para ikhwan tak saling mengingatkan dan mencegah untuk tak membalas aksi brutal para pengacau, bisa jadi habislah mereka yang hanya puluhan orang itu!” Bagaimana tidak? Ghirah mantan-mantan preman yang sudah dapat hidayah kembali muncul. Nafsu membunuh mereka sangat sulit dikendalikan. Bahkan ada jemaah yang hampir pingsan karena dilarang para ikhwan untuk tak membalas menyerang para pengacau. Ia tertekan karena tak boleh melawan tindakan sewenang-wenang mereka, sementara ia yakin punya kekuatan untuk melawan!

Berita menyebar, ikhwan salafiyin jabodetabek tersentak dengan aksi yang terjadi. Mereka spontan berkoordinasi untuk segera meluncur ke Amar Ma’ruf, namun kembali para ikhwan saling menasihati dan mengendalikan.
“Ingat! Kita tidak sama dengan para pengacau itu.”
“Jangan sampai kita diadu-domba.”

Sekali lagi, kemuliaan akhlak salaf ditunjukkan oleh para ikhwan salafiyin. Allah Ta’ala masih memberikan hidayah dan kesabaran. Alhamdulillah.  Sama sekali tak terbersit di hati penulis, editor maupun tim penerbit. Bahwa apa yang diterbitkan akan berdampak sedemikian besar. Namun sebenarnya indikasi ketertarikan umat terhadap bahasan ini sudah terdeteksi.

Naskah yang awalnya hanya berupa artikel yang dimuat di harian umum Republika banyak mendapat tanggapan dari umat Islam. Artikel itu awalnya tak lain hanya untuk mengklarifikasi kepada umat Islam secara umum, kepada aparat pemerintah maupun kepada rakyat Indonesia secara luas, bahwa aksi terorisme dan para pelakunya bukanlah cerminan kebenaran ajaran Islam yang suci, yang sangat menghargai nyawa manusia dan kaum Muslimin.

Bahwa kesamaan penampilan fisik antara jemaah salafiah dengan kelompok pelaku bom bunuh diri tidak bisa disamakan. Artikel itu juga untuk meluruskan isu miring tentang Wahabisme yang dilontarkan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab, sekaligus sebagai penghibur dan dukungan kepada para Ahlu Sunnah untuk tetap istikomah dalam menerapkan Sunnah Rasul dalam keseharian hidupnya.

Alhasil, masukan dan saran dari jemaah kepada penulis pun direspon sangat positif, yaitu untuk menjadikan artikel tersebut sebuah buku yang dapat menjelaskan lebih gamblang dan lengkap tentang isu terorisme, radikalisme dan wahabisme. Karena siapapun dapat merasakan, bahwa setelah terjadinya aksi bom bunuh diri di JW Mariot dan Ritz Carlton, maka fitnah terhadap Ahlu Sunnah semakin kuat, mereka semakin dicurigai dan dikucilkan. Maka dengan pertolongan Allah Ta’ala, akhirnya buku kecil itu pun terbitlah.

Dan aksi radikal yang ditunjukkan oleh puluhan orang di masjid Amar Ma’ruf Bekasi pada akhirnya membawa hikmah sangat besar. Solidaritas dari jemaah salafiah semakin mengkristal. Pandangan masyarakat sekitar masjid dan juga aparat keamanan pun semakin terbuka lebar, mereka sudah dapat menilai, ternyata jemaah yang selama ini mengikuti kajian rutin di masjid tersebut dan yang selama ini mereka curigai bukanlah kelompok radikal yang mendukung aksi teror dengan bom bunuh diri.

Bahkan mereka menilai, jemaah salafiah adalah korban dari aksi radikal. Dan seakan para perusuh itu menyatakan dengan terus terang, “Aku adalah pelaku teror. Mereka (jemaah kajian masjid Amar Ma’ruf) bukan pelaku teror dan bukan teman kami! Kami lah terorisnya!”

Allahu Akbar! Allah membuka jalan. Tanpa bersusah payah berdakwah dengan lisan, tanpa harus dengan mulut berbusa, masyarakat awam menjadi tahu, bahwa jemaah salafiah bukanlah teroris. Mereka pun menjadi lebih bisa menerima, tak takut dengan keberadaan jemaah salafiah, dan sudah bisa membedakan dan membuat kesimpulan, “siapa yang diteror dan siapa yang meneror! Mana yang teroris dan mana korban terornya!”

Demikianlah. Buku Jihad Melawan Teror “meledak”, dan ledakannya seakan menyadarkan berbagai pihak yang selama ini cuek dan saling acuh. Dan akhirnya hikmah dari kejadian ini pun semakin terlihat, siapa yang hanya bisa menyalahkan dan mana yang benar-benar sebagai umat Islam sejati, yang seperti satu tubuh, di mana saat yang satu sakit maka yang lainnya juga merasakan sakitnya. Mana yang hanya bisa mendiskreditkan dan mana yang berusaha mencari solusi untuk kebaikan bersama.

Hingga kini simpati kepada penulis buku ini terus berdatangan, jemaah salafiah yang tersebar di Indonesia menanyakan, “Bagaimana keadaan Ustadz Zaenal?” Dan kami berdoa, semoga doa dan dukungan jemaah dicatat Allah sebagai amal kebajikan.

Akhirnya, dengan memohon petunjuk dan perlindungan kepada Allah azza wa jalla, semoga dakwah kami melalui penerbitan buku-buku salaf dapat menyebarluas dan masuk ke kalbu umat Islam di Indonesia. Dan dengan terjadinya intimidasi terhadap jemaah salafiyah semoga menjadikan hikmah besar, bahwa umat Islam mesti bersatu, bahwa Ahlu Sunnah hendaklah saling menjaga dan melindungi, karena kemuliaan Islam adalah yang utama, bukan kemuliaan dan kehormatan kelompok apalagi perorangan.

Sekali lagi, kemajuan dakwah sunnah adalah tanggung jawab bersama, maka siapapun yang menegakkan dan menjaganya wajib didukung dan dilindungi, karena tantangan jalan dakwah ke depan semakin terjal dan berliku, dan semoga kita senantiasa istikomah dan tegar di atas jalan Sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bogor, Zulhijjah 1430H.
Abu Zaki

  1. 25 Desember 2009 pukul 10:37 PM

    Asalamu’alaikum Mas Danang…
    Saya datang untuk silaturahmi…
    Mohon maaf selama ini jarang berkunjung…

  2. 26 Desember 2009 pukul 12:04 AM

    ikut mendukung dakwah abang

  3. dan
    27 Desember 2009 pukul 9:53 PM

    @ Atma: wa ‘alaikumussalaam .. selamat datang.. saya maafkan kok.. sama-sama ya..
    @ Kawan: terima kasih ya..

  4. 28 Desember 2009 pukul 6:21 AM

    belum pernah baca bukunya, jadi ingin tahu se”meledak” apa,

  5. 28 Desember 2009 pukul 11:44 PM

    Dikotomi….Ada yang suka, ada yang benci. Ada pengacau, ada pengaman….Ada kebaikan, ada kejahatan. Setiap yang baik selalu tidak mudah dilaksanakan….Saya pernah merasakan kejadian seperti itu….

  6. 29 Desember 2009 pukul 8:17 AM

    Astagfirullah… Sampai2 ada kejadian seperti itu, syukurlah Allah Ta’ala masih melindungi pelaku ‘kebaikan’ 🙂
    Iya nih, pengen baca bukunya juga…

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan Balasan ke Hanif Ilham M Batalkan balasan